Kini adalah zaman profesional. Abad 21 dicirikan
oleh globalisasi yang serba kompetitif dengan perubahan yang terus
berlomba. Sebuah kisah kehidupan Harimau dan Rusa dalam Perlombaan Saat
Matahari Terbit.Setiap pagi di Afrika, seekor rusa bangun. Ia tahu bahwa ia harus berlari lebih cepat daripada singa tercepat. Jika tidak, ia akan terbunuh.
Setiap pagi seekor singa bangun, ia
tahu bahwa ia harus berlari cepat daripada rusa terlamban. Jika tidak,
ia akan kelaparan. Tidak penting apakah Anda sang rusa atau sang singa,
saat matahari terbit, Anda sebaiknya mulai berlari.
Tidak terbayangkan lagi ada organisasi yang bisa bertahan tanpa profesionalisme. Mari membangun mentalitas profesional.
1. Mentalitas Mutu
Efesus 1: 3 , 21
Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada
kita segala berkat rohani di dalam sorga , jauh lebih tinggi dari
segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap
nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga
di dunia yang akan datang.
Seorang pengerja sudah seharusnya
dan selayaknya menampilkan kinerja terbaik yang mungkin bisa dilakukan
dan berusaha agar berada di tingkat terbaik. ( Cutting edge ) di bidang
yang dipercayakan Tuhan.
Profesionalisme tidak identik
dengan pendidikan tinggi. Yang utama adalah sikap dasar atau mentalitas.
Maka seorang penyanyi di daerah terpencil misalnya, meskipun tidak
lulus SMP, namun sanggup bernyanyi dengan segenap hati sampai dihasilkan
suatu suara terbaik, sebenarnya adalah seorang profesional. Seorang
guru SD di desa Papua yang mengajar dengan segenap dedikasi demi
kecerdasan murid-muridnya adalah seorang profesional.
Jadi mentalitas mutu adalah seorang
profesional yang memiliki standar kerjanya yang tinggi dan
berorientasikan pada kemuliaan Tuhan.
2. Mentalitas Kasih
Roma 13:8
Janganlah kamu berhutang apa-apa
kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab
barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.
Seorang pengerja selalu dimotivasi
oleh keinginan mulia berbuat baik. Istilah baik di sini berarti berguna
bagi pekerjaan Tuhan. Aspek ini melengkapi pengertian baik dalam
mentalitas pertama, yaitu mutu. Baik dalam mentalitas kedua ini berarti
goodness yang dipersembahkan bagi kesejahteraan masyarakat.
Mutu kerja seorang profesional
tinggi secara teknis, tetapi juga harus tinggi nilai Kasihnya. Apapun
yang dikerjakan bukan hanya dengan keahlian dan kemampuan terbaiknya,
juga harus dengan ketulusan dan kejujuran seperti yang tertulis dalam
Alkitab.
3. Mentalitas Melayani
1 Petrus 4:10
Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah
diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia
Allah.
Pengerja Tuhan tidak bekerja
untuk tugas yang dipercayakan saja, apalagi hanya untuk kepuasan diri
sendiri saja tanpa peduli pada sekitarnya. Hakekat melayani, adalah
kesadaran untuk melayani, menolong , bekerja sama dengan orang lain.
Dalam melakukan pekerjaannya,
seorang profesional yang memiliki mentalitas melayani maka dia akan
melakukan tugasnya dengan jujur, tulus dan berintegritas.
4. Mentalitas Pembelajar
Matius 11:29 – 1 Koristus 4:6
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah
lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Supaya dari
teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: “Jangan melampaui
yang ada tertulis”, supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan
diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.
Seseorang yang ingin maju, harus
mau dan berani untuk belajar, seorang olah ragawan, sebelum bertanding
tentu dilakukan persiapan dan belajar yang cukup, baru bisa ada
kesempatan nntuk meraih piala.
Begitu juga di bidang lain, seorang
pekerja profesional adalah dia yang telah mendapat pendidikan dan
pelatihan khusus di bidang profesinya.
Jadi mentalitas pembelajar adalah keinginan belajar untuk terus bertumbuh dan mempertajam kemampuannya.
5. Mentalitas Pengabdian
I Petrus 5:2
Gembalakanlah kawanan domba Allah
yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai
dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi
dengan pengabdian diri.
Seorang pengerja memilih dengan
sadar satu bidang pelayanan yang akan dilayaninya sebagai pelayanan.
Pilihannya ini biasanya terkait erat dengan ketertarikannya pada bidang
itu, bahkan ada semacam rasa keterpanggilan untuk mengabdi di bidang
tersebut. Mula-mula, pilihan itu dipengaruhi oleh bakat dan kemampuannya
yang digunakannya sebagai dasar melayani.
Pengabdian yang bermula pada dasar pelayanan akan bertumbuh kembang seperti sebuah hubungan cinta antara sang pekerja dengan pekerjaannya.
Pengabdian yang bermula pada dasar pelayanan akan bertumbuh kembang seperti sebuah hubungan cinta antara sang pekerja dengan pekerjaannya.
Hubungan ini mirip dengan hubungan
jejaka-gadis yang jatuh cinta. Semakin mereka mengenal, rasa cinta makin
kental, dan akhirnya mengokohkan hubungan itu secara marital. Demikian
juga seorang profesional, semakin ia menekuni profesinya semakin timbul
rasa cinta. Dan bila hatinya sudah mantap betul maka ia memutuskan untuk
hanya menekuni bidang itu sampai tuntas dan menyatu padu dalam sebuah
ikatan cinta yang kekal. Demikianlah, seorang profesional mengabdi
sepenuh cinta pada profesi yang dipilihnya.
6. Mentalitas Kreatif
Efesus 1:17
Dan meminta kepada Allah Tuhan kita
Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu
Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.
Rasul Paulus mengatakan seorang
olahragawan baru bisa meraih piala kemenangan apabila mau berlatih dan
memenuhi aturan aturan yang ditetapkan. Untuk meraih kemenangan tidak
melulu soal teknis, tetapi juga seni. Disinilah dituntut kreatifitas dan
inovasi dalam mencapai keberhasilan.
Seorang pekerja profesional,
sesudah menguasai kompetensi teknis di bidangnya, berkembang terus ke
tahap seni. Dia akan menemukan unsur seni dalam pekerjaannya. Dia akan
menghayati estetika dalam profesinya. Mata hatinya terbuka lebar melihat
kekayaan dan keindahan profesi yang ditekuninya. Seterusnya,
perspektif, keindahan, dan kekayaan ini akan memicu kegairahan baru bagi
sang profesional yang pada gilirannya memampukannya menjadi pekerja
kreatif, berdaya cipta, dan inovatif.
7. Mentalitas Etis – Moral
II Timotius 3:16
Segala tulisan yang diilhamkan
Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Seorang pengerja, sesudah memilih
bidang pelayanannya, menerima semua konsekuensi pilihannya, baik manis
maupun pahit. Profesi apa pun pasti terlibat menggeluti wacana moral
yang relevan dengan profesi itu. Misalnya pelayanan paduan suara
menggeluti moralitas di seputar etika tarik suara, profesi gembala
menggeluti moralitas kehidupan, profesi usher menggeluti moralitas
keramah tamahan, begitu seterusnya dengan profesi lain.
Maka seorang profesional sejati
tidak akan menghianati etika dan moralitas profesinya demi kepuasan
pribadi, uang atau kekuasaan. Jika profesinya dihargai dan dipuji orang,
dia juga akan menerimanya dengan wajar dan mengembalikan itu semua
kepada Tuhan.
Pdm.Thomas Herry.
Sumber : http://www.gsja.org
No comments:
Post a Comment