Faceblog Evolutions Faceblog Evolutions Faceblog Evolutions Faceblog Evolutions
1 2 3 4

Wednesday, 4 March 2015

Menjadi Pekerja Yang Bermisi dan Profesional

*) Oleh: Sigit B. Darmawan

Pendahuluan

”TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kejadian 2:15).

”Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan” (Efesus 4:28)

Bekerja adalah sebuah karunia dan panggilan. Ia melekat dalam natur dan jiwa manusia sejak diciptakan  Allah, untuk mengusahakan dan memelihara taman dan menjalankannya secara seimbang. Manusia di beri akal budi dan kemampuan untuk menjadi pengelola yang baik dalam tugas tersebut.
Manusia di beri kuasa pengelolaan, namun juga harus bertanggungjawab terhadap pemberi kuasa, sehingga bekerja harus selalu di korelasikan dengan “tanggung jawab kepada Tuhan”. Inilah filosofi dasar dari etos kerja kita sebagai manusia, misi utama dari bekerja.

Selanjutnya tanggung jawab itu diwujudkan dengan menjadikan diri kita sebagai manusia yang berdaya guna sehingga mampu mensejahterakan manusia lainnya. Menjadi manusia yang berdaya guna inilah prinsip dasar dari profesionalisme.

Prinsip Kerja Kristiani

Bagaimana kita memandang pekerjaan yang sedang kita tekuni saat ini sangat tergantung kepada bagaimana kita memahami prinsip dan filosofi bekerja. Dalam perspektif Kristiani, bekerja haruslah dihayati dengan prinsip:
  1. God centered work, yaitu kerja yang berorientasi kepada tanggung jawab kepada Allah, bukan kepada diri sendiri, materi, kenikmatan atau sekularisme atau keduniawian.
  2. Responsibility oriented work. Dalam natur manusia melekat tanggung jawab untuk mengelola dan memelihara. Karena itu bekerja harus dilandaskan kepada prinsip tanggung jawab
  3. High quality Oriented Work. Upaya untuk bekerja mencapai kualitas tertinggi yang mungkin bisa dicapai. Ini adalah bagian dari tanggung jawab kita untuk talenta yang diberikan Tuhan..
  4. Ethics based work. Kerja yang berdasarkan etika mensyaratkan kualitas yang didasarkan kepada: tujuan, motivasi dan cara. Ini adalah prinsip penting dalam bekerja. Menjadi garam dalam bekerja harus dilandaskan kepada penghayatan akan prinsip ini.
  5. Ultimate Purpose  in work. Bekerja adalah untuk mensejahterakan manusia. Karena itu sikap egoistis dan berpikir kepada keuntungan diri sendiri adalah bertentangan dengan prinsip ini. Kita harus menjadi berkat bagi manusia lain dan alam semesta dengan bekerja keras melakukan hal baik yang bisa berguna bagi orang lain juga
Penghayatan akan prinsip-prinsip tersebut, akan memampukan kita untuk menjadi seorang pekerja yang memahami esensi bekerja, tujuan bekerja, dan panggilan dalam bekerja. Inilah misi dalam bekerja.

Jika kita mampu menghayati, menggumuli, dan mengimplementasikan prinsip ini dalam pekerjaan kita, apapun itu, maka kita sudah menjadi garam dan terang dalam kehidupan pekerjaan kita.

Mentalitas profesional

Dunia kerja pada masa kini adalah dunia kerja para profesional.  Era globalisasi bercirikan suasana kompetitif di semua bidang dan dengan diikuti oleh perubahan yang sangat cepat. Tidak ada lagi organisasi bisnis dan organisasi sosial yang bisa bertahan tanpa profesionalisme. Dengan profesionalisme, kita akan mampu dan mungkin untuk sejajar dan bekerja bersama sebagai mitra dengan orang-orang dan organisasi-organisasi dari seluruh dunia

Mentalitas profesional adalah mentalitas yang dibangun dari kesadaran bahwa setiap tanggung jawab yang di bebankan kepada kita haruslah dikerjakan dengan prinsip: mutu terbaik, pengabdian terbaik, dan belajar terbaik.

Dengan prinsip itu, maka setiap tanggung jawab yang diberikan kepada kita, haruslah kita kerjakan dengan penuh semangat dan kesungguhan untuk menghasilkan pekerjaan yang berkualitas. Setiap tanggung jawab, apalagi tanggung jawab baru, memerlukan pembelajaran. Mentalitas untuk menjadi seorang pembelajar akan memampukan kita untuk selalu menguasai pekerjaan dan tanggung jawab baru tersebut secara cepat. Tentu kesalahan bisa saja terjadi, namun mentalitas pembelajar menuntut keterbukaan dalam mengakui kegagalan dan memperbaikinya.

Mental profesional juga menuntut pengabdian terbaik. Mengabdi adalah sebuah istilah yang terkait dengan prinsip sukarela, tulus, dan ikhlas dalam menjalankan tugasnya. Pengabdian berbeda dengan perbudakan. Jika perbudakaan selalu disertai dengan perintah, ancaman, dan paksaan.

Mentalitas mengabdi adalah prinsip yang sangat kristiani (Matius 25: 21). Karena berbicara tentang ketulusan, ketekunan dan kerelaan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan, apapun itu, sambil berjuang memecahkan masalah. Mentalitas mengabdi ini berdampak kepada kualitas pekerjaan kita. Dan jika kita menghasilkan pekerjaan yang berkualitas, maka konsekuensinya akan diberikan tanggung jawab baru atau yang lebih besar. Inilah karir, yaitu adanya tanggung jawab yang lebih besar.

Bagaimana membangun mental profesional?

Mentalitas profesional yang paling utama haruslah dibangun diatas landasan ”kasih kepada Allah”. Totalitas hidup (hati, jiwa, dan akal budi) untuk melayani dan mengasihi Allah adalah esensi dari mentalitas profesional. Totalitas ini akan membawa kepada pencapaian kualitas terbaik dari kehidupan kita, karena kita menyadari bahwa kompetensi, pengetahuan, kemampuan, talenta yang kita miliki haruslah dipersembahkan yang terbaik kepada yang Empunya, Allah sendiri. Inilah motivasi utama dalam membangun mentalitas itu.

Tentu motivasi luhur lainnya, seperti  demi bangsa, demi masyarakat miskin, demi kesejahteraan sosial dan sebagainya harus pula didasari kepada motivasi utama: ”kasih kepada Allah”. Motivasi spiritual ini akan menjaga mentalitas profesional kita. Beda jika kita memiliki motivasi yang bersifat materi. Motivasi ini tidak akan mampu mempertahankan mental profesional dalam jangka panjang, karena jika materi sudah diperoleh, maka mentalitas profesional itu akan terlindas oleh materi

Jansen F Sinamo, Guru Etos Indonesia, menyatakan bahwa orang yang memiliki mentalitas profesional adalah orang yang memiliki: mentalitas mutu, mentalitas mengabdi, mentalitas melayani, mentalitas mulia, dan mentalitas pembelajar.
Karena itu dalam profesi, kita harus membangun mentalitas tersebut dengan cara:
  • Melatih diri menerima tanggung jawab, apapun itu, dengan tulus, ikhlas, dan bersemangat.
  • Belajar dengan antusias untuk setiap pekerjaan baru sebagai bagian dari pengembangan kompetensi dan pengetahuan
  • Bekerja dengan kualitas atau standar yang tinggi dan yang sama seperti jika kita bekerja untuk bidang pekerjaan yang kita sukai
  • Selalu terbuka kepada kritik, memiliki motivasi untuk perbaikan diri dalam rangka peningkatan kompetensi kerja
  • Mengabdi dengan penuh kerelaan dan kesungguhan sehingga menghasilkan kinerja yang sangat baik
Tentu ini adalah sebuah proses. Membentuk mentalitas profesional dalam rangka membangun karir adalah upaya yang memerlukan waktu, proses, dan latihan. Karena itu kesetiaan kita menekuni, menjalani, dan mengerjakan tanggung jawab kita adalah kunci dalam membentuk mentalitas profesional

Penutup

Misi dan profesionalitas tidak bisa dipisahkan. Keduanya terkait erat dalam mendorong kita berdaya guna menghasilkan sebuah pekerjaan yang berkualitas, sesuai tanggung jawab yang melekat dalam diri kita untuk mensejahterakan manusia.

Pekerja yang bermisi adalah pekerja yang menghayati kelima prinsip diatas dalam bekerja, sehingga mindsetnya adalah “menyenangkan” hati Allah. Pekerja profesional adalah pekerja yang mampu menghayati prinsip pengabdian, totalitas dan memiliki mentalitas seorang pembelajar. Inilah tantangannya.

*) disampaikan dalam sebuah Kamp Alumni
 sumber : www.esbede.wordpress.com

No comments: