”TUHAN Allah mengambil manusia itu dan
menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman
itu” (Kejadian 2:15).
”Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri
lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik
dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada
orang yang berkekurangan” (Efesus 4:28)
Bekerja adalah sebuah karunia dan
panggilan. Ia melekat dalam natur dan jiwa manusia sejak diciptakan
Allah, untuk mengusahakan dan memelihara taman dan menjalankannya
secara seimbang. Manusia di beri akal budi dan kemampuan untuk menjadi
pengelola yang baik dalam tugas tersebut.
Manusia di beri kuasa pengelolaan, namun
juga harus bertanggungjawab terhadap pemberi kuasa, sehingga bekerja
harus selalu di korelasikan dengan “tanggung jawab kepada Tuhan”. Inilah
filosofi dasar dari etos kerja kita sebagai manusia, misi utama dari
bekerja.
Selanjutnya tanggung jawab itu diwujudkan
dengan menjadikan diri kita sebagai manusia yang berdaya guna sehingga
mampu mensejahterakan manusia lainnya. Menjadi manusia yang berdaya guna
inilah prinsip dasar dari profesionalisme.
Prinsip Kerja Kristiani
Bagaimana kita memandang pekerjaan yang
sedang kita tekuni saat ini sangat tergantung kepada bagaimana kita
memahami prinsip dan filosofi bekerja. Dalam perspektif Kristiani,
bekerja haruslah dihayati dengan prinsip:
- God centered work, yaitu kerja yang berorientasi kepada tanggung jawab kepada Allah, bukan kepada diri sendiri, materi, kenikmatan atau sekularisme atau keduniawian.
- Responsibility oriented work. Dalam natur manusia melekat tanggung jawab untuk mengelola dan memelihara. Karena itu bekerja harus dilandaskan kepada prinsip tanggung jawab
- High quality Oriented Work. Upaya untuk bekerja mencapai kualitas tertinggi yang mungkin bisa dicapai. Ini adalah bagian dari tanggung jawab kita untuk talenta yang diberikan Tuhan..
- Ethics based work. Kerja yang berdasarkan etika mensyaratkan kualitas yang didasarkan kepada: tujuan, motivasi dan cara. Ini adalah prinsip penting dalam bekerja. Menjadi garam dalam bekerja harus dilandaskan kepada penghayatan akan prinsip ini.
- Ultimate Purpose in work. Bekerja adalah untuk mensejahterakan manusia. Karena itu sikap egoistis dan berpikir kepada keuntungan diri sendiri adalah bertentangan dengan prinsip ini. Kita harus menjadi berkat bagi manusia lain dan alam semesta dengan bekerja keras melakukan hal baik yang bisa berguna bagi orang lain juga
Penghayatan akan prinsip-prinsip
tersebut, akan memampukan kita untuk menjadi seorang pekerja yang
memahami esensi bekerja, tujuan bekerja, dan panggilan dalam bekerja.
Inilah misi dalam bekerja.
Jika kita mampu menghayati, menggumuli,
dan mengimplementasikan prinsip ini dalam pekerjaan kita, apapun itu,
maka kita sudah menjadi garam dan terang dalam kehidupan pekerjaan kita.
Mentalitas profesional
Dunia kerja pada masa kini adalah dunia
kerja para profesional. Era globalisasi bercirikan suasana kompetitif
di semua bidang dan dengan diikuti oleh perubahan yang sangat cepat.
Tidak ada lagi organisasi bisnis dan organisasi sosial yang bisa
bertahan tanpa profesionalisme. Dengan profesionalisme, kita akan mampu
dan mungkin untuk sejajar dan bekerja bersama sebagai mitra dengan
orang-orang dan organisasi-organisasi dari seluruh dunia
Mentalitas profesional adalah mentalitas
yang dibangun dari kesadaran bahwa setiap tanggung jawab yang di
bebankan kepada kita haruslah dikerjakan dengan prinsip: mutu terbaik,
pengabdian terbaik, dan belajar terbaik.
Dengan prinsip itu, maka setiap tanggung
jawab yang diberikan kepada kita, haruslah kita kerjakan dengan penuh
semangat dan kesungguhan untuk menghasilkan pekerjaan yang berkualitas.
Setiap tanggung jawab, apalagi tanggung jawab baru, memerlukan
pembelajaran. Mentalitas untuk menjadi seorang pembelajar akan
memampukan kita untuk selalu menguasai pekerjaan dan tanggung jawab baru
tersebut secara cepat. Tentu kesalahan bisa saja terjadi, namun
mentalitas pembelajar menuntut keterbukaan dalam mengakui kegagalan dan
memperbaikinya.
Mental profesional juga menuntut
pengabdian terbaik. Mengabdi adalah sebuah istilah yang terkait dengan
prinsip sukarela, tulus, dan ikhlas dalam menjalankan tugasnya.
Pengabdian berbeda dengan perbudakan. Jika perbudakaan selalu disertai
dengan perintah, ancaman, dan paksaan.
Mentalitas mengabdi adalah prinsip yang
sangat kristiani (Matius 25: 21). Karena berbicara tentang ketulusan,
ketekunan dan kerelaan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang
diberikan, apapun itu, sambil berjuang memecahkan masalah. Mentalitas
mengabdi ini berdampak kepada kualitas pekerjaan kita. Dan jika kita
menghasilkan pekerjaan yang berkualitas, maka konsekuensinya akan
diberikan tanggung jawab baru atau yang lebih besar. Inilah karir, yaitu
adanya tanggung jawab yang lebih besar.
Bagaimana membangun mental profesional?
Mentalitas profesional yang paling utama
haruslah dibangun diatas landasan ”kasih kepada Allah”. Totalitas hidup
(hati, jiwa, dan akal budi) untuk melayani dan mengasihi Allah adalah
esensi dari mentalitas profesional. Totalitas ini akan membawa kepada
pencapaian kualitas terbaik dari kehidupan kita, karena kita menyadari
bahwa kompetensi, pengetahuan, kemampuan, talenta yang kita miliki
haruslah dipersembahkan yang terbaik kepada yang Empunya, Allah sendiri.
Inilah motivasi utama dalam membangun mentalitas itu.
Tentu motivasi luhur lainnya, seperti
demi bangsa, demi masyarakat miskin, demi kesejahteraan sosial dan
sebagainya harus pula didasari kepada motivasi utama: ”kasih kepada
Allah”. Motivasi spiritual ini akan menjaga mentalitas profesional kita.
Beda jika kita memiliki motivasi yang bersifat materi. Motivasi ini
tidak akan mampu mempertahankan mental profesional dalam jangka panjang,
karena jika materi sudah diperoleh, maka mentalitas profesional itu
akan terlindas oleh materi
Jansen F Sinamo, Guru Etos Indonesia,
menyatakan bahwa orang yang memiliki mentalitas profesional adalah orang
yang memiliki: mentalitas mutu, mentalitas mengabdi, mentalitas
melayani, mentalitas mulia, dan mentalitas pembelajar.
Karena itu dalam profesi, kita harus membangun mentalitas tersebut dengan cara:
- Melatih diri menerima tanggung jawab, apapun itu, dengan tulus, ikhlas, dan bersemangat.
- Belajar dengan antusias untuk setiap pekerjaan baru sebagai bagian dari pengembangan kompetensi dan pengetahuan
- Bekerja dengan kualitas atau standar yang tinggi dan yang sama seperti jika kita bekerja untuk bidang pekerjaan yang kita sukai
- Selalu terbuka kepada kritik, memiliki motivasi untuk perbaikan diri dalam rangka peningkatan kompetensi kerja
- Mengabdi dengan penuh kerelaan dan kesungguhan sehingga menghasilkan kinerja yang sangat baik
Tentu ini adalah sebuah proses. Membentuk
mentalitas profesional dalam rangka membangun karir adalah upaya yang
memerlukan waktu, proses, dan latihan. Karena itu kesetiaan kita
menekuni, menjalani, dan mengerjakan tanggung jawab kita adalah kunci
dalam membentuk mentalitas profesional
Penutup
Misi dan profesionalitas tidak bisa
dipisahkan. Keduanya terkait erat dalam mendorong kita berdaya guna
menghasilkan sebuah pekerjaan yang berkualitas, sesuai tanggung jawab
yang melekat dalam diri kita untuk mensejahterakan manusia.
Pekerja yang bermisi adalah pekerja yang
menghayati kelima prinsip diatas dalam bekerja, sehingga mindsetnya
adalah “menyenangkan” hati Allah. Pekerja profesional adalah pekerja
yang mampu menghayati prinsip pengabdian, totalitas dan memiliki
mentalitas seorang pembelajar. Inilah tantangannya.
*) disampaikan dalam sebuah Kamp Alumni
sumber : www.esbede.wordpress.com
No comments:
Post a Comment