Faceblog Evolutions Faceblog Evolutions Faceblog Evolutions Faceblog Evolutions
1 2 3 4

Wednesday, 4 March 2015

Melayani Dalam Bisnis

“Pekerjaan apa saja yang diberikan kepadamu, hendaklah kalian mengerjakannya dengan sepenuh hati, seolah-olah Tuhanlah yang kalian layani, dan bukan hanya manusia” (Kolose 3:23 BIS).

Kebanyakan orang Kristen sering memandang dunia bisnis sebagai dunia yang “kotor”, sama seperti pandangan terhadap dunia politik. Secara tegas, pandangan ini membagi  kehidupan orang Kristen kedalam wilayah sakral dan wilayah sekuler. Konsekuensi dan implikasi dari pandangan ini sangat luas. Bukan saja karena ruang lingkup dan gerak orang Kristen yang semakin dipersempit, tetapi juga mengaburkan dan mendangkalkan makna dunia bisnis seolah-olah sebagai sebuah aktivitas yang tidak bermakna dan tidak berkorelasi dengan panggilan kita sebagai orang Kristen.
Ini sebuah kesalahan cara pandang yang sangat serius. Menempatkan dunia bisnis ke dalam wilayah yang ”terisolir” dari iman Kristen berarti membiarkan dunia bisnis berjalan sesuai hukum-hukum yang berlaku didalamnya. Tidak ada infiltrasi iman yang mengarahkan bagaimana bisnis seharusnya dikelola dan dijalankan, serta bagaimana bisnis bisa berdampak bagi kesejahteraan manusia.

Konsekuensi seriusnya adalah sebuah ”kemunafikan” orang Kristen dalam kehidupannya. Ia berlaku seolah-olah begitu suci di akhir pekan, tetapi menjadi begitu kotor di hari biasa. Iman dan bisnis adalah menjadi dua hal yang tidak ada sangkut pautnya satu sama lain.

Tentang Bekerja

”TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kejadian 2:15).

Bekerja adalah sebuah karunia dan panggilan. Ia melekat dalam natur dan jiwa manusia sejak diciptakan  Allah, yaitu untuk mengusahakan dan memelihara taman. Manusia di beri kuasa dan tanggung jawab oleh Allah untuk mengelola (doing business). Karena itu bekerja, apapun bentuk dan kegiatannya, adalah sebuah tanggung jawab kepada Tuhan.  Inilah filosofi dasar dari bekerja.

Bekerja dalam dunia bisnis tidak bisa dilepaskan dan dipisahkan dari panggilan kita sebagai orang percaya. Karena bekerja dunia bisnis juga memiliki sifat dan hakiki yang sama dengan pekerjaan di dalam wilayah ”rohani”.

Memahami konsep bekerja yang terintegrasi ini akan membuat kita selalu berpikir dan bergumul bagaimana mengelola bisnis dalam perspektif panggilan Kristiani. Persoalan-persoalan yang bersifat etikal dan praktikal dalam dunia bisnis harus selalu diteropong dalam pergumulan iman Kristiani, agar ada kesesuaian dan keselarasan.

Setiap Pekerjaan adalah Pekerjaan Allah

Paul Stevens dalam bukunya ”Doing the God’s Business” menjelaskan bahwa sejatinya setiap pekerjaan (termasuk bisnis) adalah ”pekerjaan Allah” dan karenanya memiliki nilai-nilai yang bersifat hakiki. Dan pekerjaan yang ditetapkan sebagai ”pekerjaan Allah” itu mempunyai sejumlah kriteria.

Pertama, pekerjaan itu harus disesuaikan dengan mandat Allah, yaitu menjaga, mengembangkan, dan memelihara potensi penciptaan. Artinya setiap pekerja (termasuk pebisnis) harus melakukan ”pekerjaan Allah” dalam mencipta, menjaga, mengembangkan, dan melestarikan. Pekerja atau pebisnis yang menjalankan pekerjaan dan bisnisnya dengan merusak lingkungan; menurunkan kualitas kehidupan manusia; tidak melakukan upaya inovasi pengembangan kearah kualitas yang lebih baik dan sebagainya; adalah pekerja yang tidak melakukan pekerjaan Allah ini.

Kedua, pekerjaan itu harus disesuaikan dengan rencana Allah, yaitu menjadikan manusia yang seutuhnya. Manusia yang utuh adalah manusia yang memiliki relasi dengan Pencipta dan relasi dengan sesama. Pekerja atau pebisnis yang menjalankan pekerjaannya dengan mengedepankan penghargaan atas eksistensi dan kepribadian orang lain, me”manusiakan” (jawa: nge-wong-ke) orang lain; mengembangkan kualitas hidup dan kemampuan orang lain; mendorong keharmonisan relasi antar pekerja atau anak buahnya dan sebagainya adalah pekerja atau pebisnis yang melakukan pekerjaan Allah ini.

Ketiga, pekerjaan itu harus dilakukan dengan landasan kebajikan. Iman, pengharapan, dan kasih adalah dasar kebajikan. Penting bahwa sebuah pekerjaan atau bisnis dikelola dan dijalankan untuk memberikan pengharapan akan kehidupan yang lebih baik bagi orang lain. Bukan saja pengharapan akan kesejahteraan hidup, tetapi juga pengharapan akan  peningkatan kualitas fisik, mental dan spiritual bagi orang lain. Baik orang yang bekerja dibawah kita, yang menjadi rekan kerja kita, pelanggan kita, masyarakat pengguna produk atau jasa kita.

Keempat, pekerjaan itu harus memiliki nilai yang kekal. Pekerjaan bernilai kekal adalah pekerjaan yang dijalankan dengan prinsip-prinsip kebenaran Firman Tuhan. Ada transparansi (baca: kejujuran), akuntabilitas, integritas, etika kerja atau etika bisnis dan sebagainya. Hanya bisnis atau pekerjaan yang dikelola dengan prinsip-prinsip Ilahi ini yang bisa memenuhi tanggung jawab kita sebagai pemegang mandat Allah dalam dunia bisnis.

Bagaimana Melayani dalam Bisnis?

Melayani dalam bisnis haruslah diletakkan dalam kerangka bekerja berdasarkan prinsip: mengasihi Allah, mengasihi diri sendiri, dan mengasihi sesama.

Prinsip mengasihi Allah adalah menjalankan bisnis sebagai persembahan kepada Allah. Seorang pebisnis atau pekerja yang mengasihi Allah adalah mereka yang menjaga integritas dan kebenaran dan menjujung tinggi etika bisnis dan etika kerja. Tidak ada tempat bagi korupsi dan suap, apakah korupsi dalam bentuk uang, waktu, jabatan dan sebagainya. Selalu bisa mempertanggungjawabkan kualitas pekerjaan sesuai dengan aturan main dan kode etik bisnis yang bersih.

Pebisnis atau pekerja yang mengasihi sesama adalah mereka yang mampu menolong orang lain menjadi lebih produktif;  menciptakan berbagai peluang dan kesempatan kerja bagi orang lain; melayani pekerja lainnya; mendorong motivasi dan kreativitas pekerja lainnya; menjalankan kepemimpinan yang mengasihi karyawan dan pekerja lainnya; dan sebagainya. Sedangkan pebisnis atau pekerja yang mengasihi diri sendiri akan mengupayakan supaya pekerjaan atau usaha bisnisnya ditangani secara profesional  dan penuh dedikasi sehingga bisa menghasilkan laba yang optimal untuk kesejahteraan diri dan orang lain.

Dalam pemahaman seperti itulah, graduate center, misalnya, mendorong alumni-alumni yang tergabung dalam komunitas bisnis dan entrepreneur untuk memahami panggilan sebagai wirausaha yang mengelola dan menjalankan usaha bisnis dan pekerjaannya dengan prinsip-prinsip tersebut diatas. Realitanya banyak isu yang bersifat etikal yang menjadi pergumulan alumni sebagai entrepreneur dalam bekerja dan berusaha.  Mulai soal pajak, pengurusan perijinan usaha, tender, urusan birokrasi di pemerintahan, kompetisi bisnis, tenaga kerja dan sebagainya yang perlu di sikapi dan direspon oleh alumni secara tepat sesuai dengan iman kristen.

Selain itu tidaklah  mudah juga untuk mendorong alumni berpikir dalam kerangka lebih luas dalam pengelolaan bisnis dan pekerjaannya. Bahwa tanggung jawab dan panggilan melayani dalam bisnis tidaklah semata-mata agar proses pengelolaan bisnisnya sejalan dengan etika kristen dan etika bisnis secara umum, tetapi juga mengupayakan agar ada perhatian terhadap  mandat Allah bagi lingkungan dan masyarakat. Tentu mulai dari upaya-upaya kecil sampai gagasan besar. Intinya adalah bagaimana bisnis bisa dikelola dan menjadi berkat, tidak saja bagi diri sendiri dan karyawannya, tetapi juga menjadi berkat bagi masyarakat. Disinilah tantangannya!

sumber : www.esbede.wordpress.com
sumber : www.esbede.wordpress.com

Copy and WIN : http://bit.ly/copynw

No comments: