Faceblog Evolutions Faceblog Evolutions Faceblog Evolutions Faceblog Evolutions
1 2 3 4

Sunday, 12 January 2014

MARKET PLACE BREAKTROUGH

Motto:

“Build The Storehouse To Bless The Nations”

(Membangun Lumbung Memberkati Bangsa)

***** BACKGROUND *****
Krisis ekonomi nasional dan global kian tak terkendalikan, iklim persaingan usaha yang kian ketat dan individualisme sosial yang makin mengkristal dalam masyarakat modern menimbulkan begitu banyak krisis-krisis sosial memprihatinkan. Semua kondisi tersebut telah membangun masyarakat modern menjadi sangat pragmatis karena dibelenggu oleh keserakahan yang sangat egois. Hukum rimba pun berlaku dalam arena persaingan bisnis, yang kuat siap memangsa yang lemah sekalipun untuk mencapai kemenangan harus menghalalkan segala cara.
Kita pun tidak bisa menutup mata dengan keadaan sosial masyarakat yang makin memprihatinkan disekitar kita. Potret suram tentang kemiskinan, pengangguran, tindakan kriminal, prostitusi, kehancuran keluarga(broken homes) dan krisis sosial lainnya menantang gereja di bangsa ini untuk tidak hanya sekedar berkoar-koar tentang transformasi. Gereja sebagai “garam dan terang dunia” tertantang untuk tidak hanya sekedar berkampanye rohani di balik mimbar tentang jargon-jargon pemulihan tapi sejujurnya hanya bisa memberikan retorika rohani tapi kehilangan kontribusi perubahan yang signifikan bagi masalah masyarakat dan bangsa. Dunia disekitar kita berada dalam keadaan kritis dengan begitu banyaknya luka, penolakan, penindasan dan ketidak adilan yang merajalela dengan bengisnya. Dalam kondisi demikian, dunia tidak mencari “teori rohani tentang transformasi” dari mulut gereja tapi menuntut bukti dari ajaran kasih Kristus yang sejati dan nyata dari gereja.
Di sisi yang lain, banyak para pendeta dan pengurus gereja tanpa sadar telah terjebak dengan kekeliruan agamawi tentang makna sejati gereja. Para pendeta dan pengurus gereja melihat pelayanan sebagai “wadah yang sakral” dan melihat dunia usaha(baca:market place) sebagai sesuatu yang sifatnya duniawi(baca:sekuler). Akibatnya banyak jemaat awam yang berkecimpung dalam dunia usaha hanya bisa melihat dirinya sebatas jemaat biasa tapi harus kehilangan fungsi sejati dari panggilan Ilahi dalam diri mereka. Dikotomi agamawi yang keliru antara pelayanan sebagai “wadah yang sakral” dan dunia usaha sebagai “hal duniawi” harus kita akui telah mengamputasi pengaruh gereja untuk melahirkan transformasi sosial masyarakat. Karena pemisahan tersebut, gereja semakin terisolasi dari dunia yang seharusnya digarami oleh gereja dengan terang injil. Gereja tanpa sadar semakin terasing bagaikan “alien rohani” dari komunitas masyarakat yang seharusnya diubah oleh gereja melalui kuasa injil kerajaan sorga.
Ini waktunya gereja berfungsi dalam peran sejatinya sebagai garam dan terang dunia. Ini waktunya gereja menjadi “rahim yang produktif” untuk melahirkan orang-orang benar pada masa kini yang akan tampil sama seperti Nehemia(Juru minum raja Persia yang membangun kembali Yerusalem), Yusuf(Orang Ibrani yang diangkat menjadi perdana menteri Mesir dan membuat perubahan besar bagi Mesir), Daniel(Pegawai tinggi Istana Babel yang membuat Raja Nebukadnezar mengakui Tuhan Israel),dan masih banyak tokoh-tokoh lainnya. Mereka adalah orang-orang yang berada dalam dunia usaha(market place) tapi memiliki hati yang mengasihi Tuhan dengan sangat radikal. Bahkan mereka adalah orang-orang yang sangat antusias untuk menyelesaikan kehendak surga di bumi pada masa hidup mereka. Dengan istilah saya sendiri, mereka saya sebut dengan julukan para “RASUL KEUANGAN”(saya harap anda tidak salah paham dengan istilah tersebut). Sebagai rasul keuangan, mereka bukan orang yang materialistis yang hanya terfokus membangun kekayaan pribadi. Mereka adalah orang- orang yang diberi hikmat oleh Tuhan untuk mampu mendeteksi peluang-peluang kelimpahan secara akurat, selanjutnya mengolah peluang tersebut dan berhasil membangun “lumbung-lumbung kelimpahan” dengan cara yang cerdas, profesional dan penuh integritas. Saya tegaskan sekali lagi bahwa lumbung kelimpahan tersebut dibangun bukan untuk memperkaya diri sendiri tapi akan menjadi sumberdaya penting yang akan digunakan Tuhan mewujudkan mega proyek surga bagi keselamatan banyak orang di bumi. Para rasul keuangan memiliki hikmat ilahi yag sangat unik karena mereka mampu membangun keseimbangan rohani antara hidup dalam kelimpahan anugerahNya dan hidup sebagai hamba Kristus yang radikal. Mereka adalah orang-orang yang memiliki hati yang bergairah untuk lebih mengasihi Tuhan daripada sekedar menikmati berkat-berkat kelimpahan.
Pada masa sekarang, saya melihat ada begitu banyak krisis sosial yang menindas kehidupan manusia di berbagai bangsa, negara dan benua(termasuk Indonesia). Kondisi yang hampir sama terjadi pada masa hidupnya Yusuf saat di Mesir. Setelah mengalami masa tujuh tahun kelimpahan, Mesir dan daerah sekitarnya mengalami resesi ekonomi dan krisis pangan yang sangat mengerikan. Tapi kehadiran Yusuf sebagai perdana menteri mesir mampu memberi solusi yang brilian! Yusuf membangun “Lumbung-lumbung kelimpahan” diseluruh pelosok Mesir. Akibatnya, saat terjadi bencana kelaparan diberbagai tempat, proyek yang dibangun oleh Yusuf mampu memelihara banyak kehidupan manusia termasuk bangsa Israel. Ini waktunya melatih, memperlengkapi dan mengutus para direktur perusahaan, manager, karyawan, buruh, pelaku UKM(usaha kecil menengah), konsultan, guru, dosen,dsb untuk bangkit menjadi Yusuf-Yusuf akhir zaman di banyak kota di bangsa ini.
Selama ini, kita harus akui bahwa banyak gereja dan komunitas pelayanan memandang para pelaku dalam dunia usaha hanya sebagai jemaat awam yang berperan sebagai donatur. Para pengusaha memiliki tujuan Ilahi dalam dunia usaha tidak hanya sekedar mengejar karir dan profit uang. Ini waktunya gereja mengutus duta-dutaNya ke dalam dunia usaha dalam otoritas Ilahi tidak hanya untuk membangun lumbung kelimpahan tapi mengubahkan dunia usaha menjadi basis kerajaan sorga. Ini waktunya setiap pelaku usaha dituntun oleh Tuhan menemukan takdir Ilahi dalam panggilan hidup mereka.

No comments: