Kemana arah(orientasi) reformasi kepemimpinan rohani harus dilakukan? Orientasi reformasi kepemimpinan rohani harus difokuskan pada perombakan fungsi dan peran seorang pemimpin dari “DIREKTUR BIOSKOP ROHANI” menjadi seorang “PELATIH PASUKAN YANG TANGGUH!”
Seorang Direktur Bioskop hanya terfokus pada perekrutan sebanyak mungkin penonton-penonton rohani tanpa mau memusingkan melatih mereka menjadi pemain utama. Dengan melakukan berbagai propaganda dan promosi iklan rohani ia berharap akan lebih banyak penonton yang akan membeli habis karcis rohani yang disediakan. Kursi empuk dan tayangan memikat adalah sajian utama yang harus dipersiapkan bagi para penonton. Kehadiran Tuhan tidak lagi diprioritaskan karena lebih mementingkan pujian manusia yang memuakan. Nafsu kesombongan yang menjijikan diumbar-umbar sehingga yang menjulang tinggi dalam pelayanan bukanlah “MENARA KERAJAAN SORGA” melainkan “MENARA BABEL” yang pantas untuk di hancur ratakan dengan tanah!
Sistem seperti ini harus direformasi total dimulai dari pondasi agamawi dalam kepemimpinan kekristenan yang selama berabad-abad telah menjadi tradisi keramat dan tabu untuk dikritik. Sebagai pemimpin rohani, kita harus dengan rendah hati merelakan pola pikir(mindset) dan mentalitas agamawi dalam pelayanan kita dirombak oleh karya Roh Kudus(Yes.32:15,Yes.30:1). Pola dan system agamawi yang sudah merasuki gereja dan membangun sangkar emas kekristenan harus dihancurkan dan digantikan dengan tatanan sejati kerajaan sorga(Mat.4:17,Mat.6:9-10).Kerajaan Sorga-lah yang harus kita manifestasikan di muka bumi bukan organisasi rohani. Dimana didalamnya bukanlah tahta keangkuhan manusia yang ditegakan tetapi secara mutlak dan total membangun tahta kerajaan bagi Tuhan semata(Maz.10:16,Maz.22:4).
Melalui artikel ini saya rindu mengajak para pemimpin rohani dengan legowo belajar memiliki konsep kepemimpinan yang terpusat pada “PEMBERDAYAAN(EMPOWERING)” daripada “PEMANFAATAN” potensi setiap anak-anak binaan kita. Kita harus sadar secara mendalam bahwa pelayanan apapun yang kita bisa lakukan bukanlah milik kita baik secara pribadi, kelompok, organisasi dan keluarga. Kita adalah pengelola(manager) kebun anggurNya bukan sebagai pemilik(owner). Sudah sepantasnya kita jadi pemimpin yang tahu diri dihadapan Tuhan sehingga berfungsi sesuai prosedur yang sudah ditetapkan Tuhan untuk menggembalakan domba-dombaNya(1 Petr.5:1-11). Yesus sudah memberi teladan sebagai pemimpin yang rela berkorban demi keselamatan umat manusia(Luk.9:23,1 Yoh.3:16). Sebagai pemimpin rohani, tidak hanya hati dan isi dompet tapi nyawa kita pun siap dikorbankan demi keselamatan jiwa-jiwa yang terhilang(1 Yoh.3:16,Yud.1:23). Makin tingginya jabatan, makin melambungnya status social, meningkatnya asset kekayaan tidak menjadi alasan untuk panggilan pengorbanan tersebut menjadi kadaluarsa.
Hari…para pemimpin rohani, sudah waktunya kita turun dari tahta empuk keegoisan kita sendiri dan turun ke bawah menjadi seorang hamba! Tempat tersebut bukan milik kesombongan kita karena itu adalah tempat yang “SEHARUSNYA” Tuhan yang bertahta. Sudah waktunya mata kita yang selama ini berbinar-binar melihat setumpuk kekayaan, gemerlapnya popularitas dan empuknya kursi kenyamanan pribadi bertobat total. Mari kita melihat ladang yang sudah menguning dan siap untuk dituai. Mari kita melihat jiwa-jiwa diseputar kita yang membutuhkan uluran tangan kita dengan kasih. Mari kita korbankan uang, waktu, tenaga bahkan nyawa kita demi melihat gegap gempita seisi sorga karena banyak jiwa yang diselamatkan dengan anugerahNya!
Kita harus merubah pola pelayanan “PEMANCING ROHANI” yang hanya mengandalkan charisma dan kesanggupan manusiawi terbatas pada satu orang pemimpin yang disebut “SUPERMAN” tapi rapuh dan rentan dengan kejatuhan. Tuhan memerintahkan kita untuk jadi “PENJALA MANUSIA” yang melibatkan peranan dan kolaborasi satu tim yang solid(Luk.5:10,Ef.4:11-16). Kapasitas penuaian di akhir zaman teramat besar sehingga Tuhan mau gereja-Nya harus menjadi “PENJALA” bukan “PEMANCING”. Bertahan dengan sikap keras kepala dan arogan sebagai seorang “PEMANCING ROHANI” dan ngotot menjangkau ladang tuaian yang luas akan berakibat fatal bagi pelayanan kita, yaitu PERAHU TENGGELAM dan JALA KITA ROBEK!
Sudah waktunya kita melatih, mendidik dan mempersiapkan setiap anak-anak binaan kita untuk diutus ke ladang penuaian dalam kuasa Firman Allah dan Roh Kudus. Seorang pemimpin rohani harus berperan sebagai “LEADER” untuk memimpin memberikan orientasi kehendak Allah yang akurat bagi setiap anak binaan kita. Seorang pemimpin rohani harus menjadi seorang “MOTIVATOR” untuk membangkitkan gelora keberanian dan tekad Ilahi dalam setiap anak binaannya untuk tidak takut berperang memenangkan pertempuran rohani. Seorang pemimpin harus berperan sebagai “INSPIRATOR” melalui nilai-nilai kehidupan Ilahi yang dinamis untuk membuat anak-anak binaannya mengalami pencerahan melalui perubahan pola pikir dan mentalitas. Seorang pemimpin harus berperan menjadi “KONSELOR“ untuk memberi nasehat dan wejangan Ilahi untuk proses pendewasaan anak binaannya dalam fungsi panggilan Ilahi yang spesifik. Seorang pemimpin harus berperan sebagai “DEMONSTRATOR” untuk tidak hanya menjadi penceramah yang fasih tetapi menjadi orang yang pertama memberi teladan nyata kepada setiap anak binaannya. Seorang pemimpin harus berperan menjadi “MENTOR” untuk mendidik dan melatih setiap anak binaanya dalam mengasah semua fungsi panggilan dan potensi Ilahi menjadi maksimal sesuai tujuan Ilahi. Dan tidak kalah pentingnya, seorang pemimpin harus siap menjadi “PARENTS” atau bapa rohani yang siap mengutus(mendelegasikan/melepas) anak binaannya suatu hari kelak ke dalam ladang pelayanan yang sudah Tuhan siapkan tanpa merasa sedih dan tersaingi sedikit pun. Seorang bapa rohani akan menatap puas penuh rasa haru saat melihat anak-anak binaanya bertumbuh dan berfungsi secara luasa biasa dalam karakter dan karunia Ilahi jauh melebihi dirinya.
At least, sudah waktunya kita menjadi pemimpin yang berhati bapa untuk membapai sekian banyak anak-anak rohani berpotensi tapi statusnya yatim piatu. Bangkitlah para pemimpin rohani untuk melahirkan perubahan dalam berbagai komunitas bagi Langowan, Minahasa, Sulut, Indonesia bahkan bangsa-bangsa!
Oleh Karena AnugerahNya,
No comments:
Post a Comment