Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara
yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?"
Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu.
Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu,
apa yang harus kauperbuat.
Kisah Para rasul 9:4-6
Pada ayat pertama, kisah para rasul 9 menuliskan bagaimana berkobar-kobarnya hati Saulus (sebutan untuk Paulus sebelum bertobat) untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan.
Namun seperti halilintar di siang bolong, justru rencana Saulus untuk berniat jahat kepada para murid Tuhan digagalkan oleh Tuhan sendiri. Tidak hanya menggagalkannya tapi yang lebih luarbiasanya lagi Tuhan memiliki rencana ajaib bagi Paulus.
Tuhan mulai memperkenalkan dirinya kepada Paulus sebagai Pribadi yang
turut teraniaya dikala Paulus menganiaya para pengikut-Nya. Dan yang
lebih mengherankan lewat segala kejahatan yang telah diperbuat
Paulus—Tuhan tidak memberikan suatu penghukuman, melainkan meminta
Paulus;
”Bangunlah dan pergilah, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kau perbuat.”
Dalam perjalanan ke Damsyik ini, perjalanan dengan hati berkobar untuk
mengancam dan membunuh.. Tuhan memanggilnya, menyadarkannya dan bahkan
memakainya untuk menjadi pelayan dan saksi-Nya.
”Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri
kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang
segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang
akan Kuperlihatkan kepadamu nanti.” (Kis.26:16).
Kisah ini mengingatkan kepada kita bahwa Paulus dipilih bukan karena
siapa dirinya. Sebelum pertobatannya, Paulus bukanlah orang yang lebih
baik dari kita. Ia dipilih oleh Tuhan juga bukan karena memenuhi
standart kriteria seorang pelayan atau murid Tuhan. Hanya karena
anugerah Allah yang membuat Paulus dipilih menjadi pelayan dan
saksi-Nya. Bagian Paulus adalah ”bangun dan pergi” untuk mulai mengikuti
kehendak Tuhan dalam hidupnya.
Demikian halnya dengan diri kita, tidak ada hal yang pantas
diperhitungkan dalam pribadi kita yang membuat kita dapat melayani dan
menjadi saksi Tuhan, selain anugerah Tuhan sendiri bagi kita. Hanya jika
Tuhan meminta kita saat ini untuk terlibat dalam pekerjaan-Nya, maukah
kita meresponi panggilan Tuhan tersebut? Apakah kita sampai saat ini
hanya menjadi orang yang takut untuk ”bangun dan pergi” mengikuti
kehendak Tuhan, karena masih diliputi dengan ”hati yang berkobar” untuk
memuaskan diri?
Banyak hal yang dapat kita kerjakan untuk melayani Tuhan dan menjadi
saksi-Nya. Semuanya dimulai dengan kemauan untuk ”Bangun dan Pergi.” Roh
Kudus yang akan memberikan kuasa untuk bersaksi bagi Tuhan.
No comments:
Post a Comment